Kualitas Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).
Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas dan Klasifikasi Batubara
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)(Tabel 5.2). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983) :
dimana :
FC = % karbon padat (adb)VM = % zat terbang (adb)
M = % air total (adb)
A = % Abu (adb)
S = % sulfur (adb)
Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb
Tabel 5.2
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)
Class | Group | Fixed Carbon ,% , dmmf | Volatile Matter Limits, % , dmmf | Calorific Value Limits BTU per pound (mmmf) | ||||
Equal or Greater Than | Less Than | Greater Than | Equal or Less Than | Equal or Greater Than | Less Than | Agglomerating Character | ||
I Anthracite* | 1.Meta-anthracite | 98 | 2 | nonagglomerating | ||||
2.Anthracite | 92 | 98 | 2 | 8 | ||||
3.SemianthraciteC | 86 | 92 | 8 | 14 | ||||
II Bituminous | 1.Low volatile bituminous coal | 78 | 86 | 14 | 22 | |||
2.Medium volatilebituminous coal | 69 | 78 | 22 | 31 | ||||
3.High volatile A bituminous coal | 69 | 31 | 14000D | commonly | ||||
4.High volatile B bituminous coal | 13000D | 14000 | agglomerating**E | |||||
5.High volatile C bituminous coal | 11500 | 13000 | ||||||
10500 | 11500 | agglomerating | ||||||
III Subbituminous | 1.Subbituminous A coal | 10500 | 11500 | |||||
2.Subbituminous B coal | 9500 | 10500 | ||||||
3.Subbituminous C coal | 8300 | 9500 | nonagglomerating | |||||
IV. Lignite | 1.Lignite A | 6300 | 8300 | |||||
1.Lignite B | 6300 |
ditulis oleh Fariz Tirasonjaya
diterbitkan oleh Alam
diterbitkan oleh Alam